Beranda

Artikel

Apakah Training Karyawan Benar-benar Penting? Ini Faktanya!

Apakah Training Karyawan Benar-Benar Penting? Ini Faktanya!

03 Nov 2025

img-Apakah Training Karyawan Benar-Benar Penting? Ini Faktanya!Education

Pertanyaan bahwa training penting atau tidak sebenarnya masih direnungi bagi banyak perusahaan,Sebagian melihatnya sebagai investasi jangka panjang yang dapat meningkatkan kualitas SDM, sementara sebagian lain menganggapnya sebagai biaya tambahan yang belum tentu kembali. 

Sama halnya dengan para karyawan. Di tengah tuntutan pekerjaan yang terus berubah, beberapa pekerja merasa perlu meningkatkan kompetensi, sementara yang lain masih ragu apakah pelatihan benar-benar memberikan dampak yang signifikan pada perkembangan karir mereka.

Sebenarnya, pelatihan yang tepat justru dapat memberi pengaruh besar terhadap performa karyawan dan stabilitas perusahaan. Tanpa pelatihan, skill gap mudah muncul dan berisiko menurunkan produktivitas tim. Tapi di sisi lain, sering juga muncul kekhawatiran: apakah training akan menyita waktu kerja, terasa membosankan, atau bahkan tidak relevan dengan tugas sehari-hari?

Di artikel ini, kita akan menggali lebih jauh apakah pelatihan karyawan benar-benar diperlukan atau justru bisa dilewatkan di situasi tertentu. Tetap baca sampai akhir untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih utuh sebelum memutuskan apakah training itu penting atau tidak?

Apakah Training itu Investasi Penting atau Hanya Buang Waktu?

Training Karyawan Penting Atau Tidak

Di dunia kerja modern, pertanyaan ini sering muncul di antara karyawan maupun manajemen. Sebagian orang melihat pelatihan sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing. Namun, tidak sedikit juga yang beranggapan bahwa training hanya menyita waktu kerja, mengganggu produktivitas, bahkan menambah anggaran tanpa hasil yang terlihat langsung.

Training sebagai Investasi Kompetensi

Mereka yang mendukung training percaya bahwa pelatihan membuka peluang untuk mempelajari skill baru, memahami tools yang lebih efektif, dan meningkatkan kualitas kerja secara keseluruhan. Contohnya, seorang staf administrasi yang ikut pelatihan Excel tingkat lanjut akan lebih cepat mengolah laporan, meminimalisir kesalahan, dan otomatis meningkatkan efisiensi tim. Perspektif ini melihat training sebagai modal jangka panjang yang dapat memperkuat karir individu sekaligus kinerja perusahaan.

Training sebagai Gangguan Waktu Kerja

Di sisi lain, ada anggapan bahwa pelatihan hanya mengurangi jam kerja produktif. Apalagi jika materi yang disampaikan terasa terlalu teoritis atau kurang relevan dengan tugas harian. Kekhawatiran ini sering muncul di departemen dengan workload tinggi, di mana meninggalkan pekerjaan untuk training justru memicu backlog, tekanan, atau beban tambahan.

Jadi, Training Penting atau Tidak?

Nyatanya, training dapat memberikan dampak positif yang signifikan jika diarahkan dengan tepat, materinya relevan, metodenya praktis, dan ada tindak lanjut setelah sesi berlangsung. Sebaliknya, training yang tidak terukur memang berpotensi menjadi aktivitas tanpa nilai tambah. 

Pada akhirnya, kuncinya ada pada tujuan yang jelas: ketika pelatihan mendukung kebutuhan pekerjaan, hasilnya bisa dirasakan langsung oleh individu maupun tim. Dengan mindset dan perencanaan yang tepat, training bukan sekadar agenda rutin, tetapi langkah strategis untuk berkembang.

Manfaat Training Karyawan bagi Produktivitas dan Retensi Tim

Manfaat Training Karyawan

Pelatihan karyawan memberikan dampak yang lebih luas dari sekadar menambah pengetahuan. Ketika skill, pemahaman prosedur, dan cara bekerja meningkat, produktivitas tim ikut terdongkrak dan hal ini secara langsung memengaruhi kenyamanan hingga loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Karena itu, training tidak hanya berorientasi pada hasil kerja, tetapi juga pada bagaimana individu merasa berkembang dan dihargai.

Dampaknya terhadap Produktivitas

1. Meningkatkan Keterampilan dan Efisiensi Kerja

Training membekali karyawan dengan kompetensi teknis maupun soft skill yang mereka perlukan dalam pekerjaan sehari-hari. Dengan pemahaman yang lebih matang, tugas dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih akurat, sekaligus menjaga kualitas output tetap stabil sesuai standar operasional perusahaan.

2. Mengurangi Risiko Kesalahan

Pemahaman prosedur yang lebih jelas membantu menekan potensi error, rework, atau cacat produk. Hal ini bukan hanya menghemat waktu dan biaya, tetapi juga menjaga stabilitas alur kerja tim agar tidak terganggu oleh perbaikan berulang yang seharusnya bisa dihindari.

3. Mendorong Inovasi dan Adaptabilitas

Pelatihan yang relevan mendorong pola pikir kritis dan rasa ingin tahu terhadap tren industri serta teknologi terbaru. Dengan bekal pengetahuan ini, karyawan lebih berani mencoba pendekatan baru, menemukan solusi kreatif, dan lebih cepat beradaptasi ketika kebutuhan pasar berubah.

4. Menurunkan Kebutuhan Pengawasan

Ketika kompetensi meningkat, karyawan bekerja lebih mandiri dan percaya diri dalam mengambil keputusan. Manajer tidak perlu terjebak dalam micromanagement harian, sehingga waktu dan energi dapat dialihkan ke perencanaan strategis dan pengembangan tim yang lebih berdampak.

Pengaruhnya terhadap Retensi Tim

1. Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas

Ketika perusahaan secara konsisten menyediakan pelatihan, karyawan merasa bahwa kontribusinya diakui dan dibangun. Perasaan dihargai ini mendorong moral kerja meningkat, membuat mereka lebih bersemangat menyelesaikan tugas dan terlibat dalam berbagai inisiatif perusahaan. Dalam jangka panjang, dukungan seperti ini tentu dapat menumbuhkan loyalitas yang kuat

2. Membuka Jalur karir yang Lebih Jelas

Program pelatihan yang terstruktur sering kali menjadi pintu menuju tanggung jawab dan peran yang lebih besar di masa depan. Dengan adanya jalur karir yang terlihat jelas, karyawan memahami apa yang harus dicapai dan skill apa yang perlu ditingkatkan. Hal ini membuat mereka lebih termotivasi untuk bertahan, berkontribusi maksimal, dan mengejar target perkembangan diri sesuai kebutuhan perusahaan.

3. Membangun Kepercayaan Diri dalam Bekerja

Skill yang terus diasah membuat karyawan lebih siap menghadapi tantangan seperti masalah teknis maupun beban kerja yang semakin kompleks. Rasa percaya diri ini tidak hanya meningkatkan kualitas output, tetapi juga memengaruhi cara mereka berkomunikasi dan berkolaborasi dalam tim. Lingkungan kerja pun menjadi lebih solid karena setiap orang memiliki kompetensi yang seimbang dan saling mendukung.

4. Memperkuat Budaya Kerja Positif

Pelatihan yang melibatkan kolaborasi dan diskusi dapat menciptakan lingkungan kerja yang penuh interaksi positif dan keterbukaan. Budaya belajar yang terbangun mendorong kebiasaan berbagi pengetahuan, memecahkan masalah bersama, serta memberikan ruang untuk inovasi. Dalam jangka panjang, atmosfer kerja seperti ini meningkatkan keterikatan karyawan sekaligus memperkuat identitas perusahaan.

Secara keseluruhan, training karyawan memberi dampak nyata layaknya produktivitas meningkat, tekanan kerja berkurang, suasana tim lebih solid, dan loyalitas pun terbangun. Ketika prosesnya relevan dan tepat sasaran, pelatihan menjadi katalis yang mempercepat pertumbuhan  baik bagi individu maupun perusahaan.

Risiko yang Muncul Jika Perusahaan Mengabaikan Training

Risiko Tidak Ada Training Perusahaan

Tanpa pengembangan kompetensi yang terarah, karyawan akan kesulitan mengikuti tuntutan pekerjaan yang terus berubah. Di awal mungkin tidak terasa, tetapi dalam jangka panjang dampaknya dapat meluas ke performa tim, motivasi, hingga stabilitas bisnis. Inilah alasan mengapa skill gap yang dibiarkan terlalu lama bisa menjadi hambatan serius. Berikut dampak negatif yang perlu diwaspadai.

1. Skill Gap Semakin Melebar

Tanpa pelatihan berkala, kemampuan karyawan tidak akan mengikuti perubahan tren industri. Alhasil, tim mulai kesulitan mengoperasikan tools baru, memahami prosedur modern, hingga memenuhi standar kerja yang lebih kompleks. Dalam jangka panjang, perusahaan perlu usaha lebih besar untuk menutup kesenjangan tersebut dan tentu memakan waktu, biaya, dan energi.

2. Turnover Meningkat

Karyawan yang baik pasti akan memprioritaskan pengembangan dirinya, bukan malah merasa malas. Lantas jika perusahaan tidak memberi training secara berkala, talenta yang sebenarnya potensial dan unggul ini akan cenderung mencari tempat lain ketika merasa tidak berkembang. 

Lingkungan kerja yang stagnan juga memicu kejenuhan dan perasaan “mandek”, sehingga talenta yang berkualitas baik justru banyak memilih hengkang. Jika ini terjadi secara masif, perusahaan dipaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk rekrutmen, onboarding, hingga training dasar berulang kali.

3. Performa Tim Menurun

Tanpa pembaruan skill, kualitas output akan menurun sedikit demi sedikit. Contohnya bagaimana? Misal kecepatan eksekusi melambat, kesalahan meningkat, dan inisiatif untuk berinovasi melemah. Pada titik tertentu, produktivitas stagnan dan menyulitkan perusahaan untuk mencapai target yang lebih ambisius.

4. Kualitas Layanan Mengalami Penurunan

Tim yang tidak terlatih dengan baik sulit menangani perubahan kebutuhan pelanggan. Respons layanan menjadi lambat, penyelesaian masalah kurang tepat, dan customer experience mengalami penurunan. Dalam era kompetisi layanan, persepsi buruk semacam ini sangat mudah menyebar dan memengaruhi loyalitas pelanggan.

5. Pertumbuhan Organisasi Terhambat

Tanpa SDM yang kompeten, perusahaan kesulitan mengembangkan produk baru, mengelola ekspansi, maupun beradaptasi dengan tantangan pasar. Pada akhirnya, business scaling terhenti dan peluang pertumbuhan gagal dimaksimalkan, semata-mata karena kurangnya investasi pada manusia di dalamnya.

Membangun Program Training yang Efektif dan Tepat Sasaran Bagi Perusahaan

Training Perusahaan Efektif

Perusahaan sering menghadapi tantangan ketika merancang program training yang benar-benar berdampak. Tanpa perencanaan yang matang, pelatihan bisa terasa membuang waktu dan sulit diukur hasilnya. Karena itu, penting memastikan setiap program memiliki tujuan yang jelas dan relevan bagi karyawan. Berikut langkah yang paling dasar:

1. Evaluasi Kebutuhan Kompetensi Karyawan

Langkah pertama dalam membangun program training yang efektif adalah memahami gap kemampuan di setiap posisi. Perusahaan perlu mengidentifikasi skill apa yang harus ditingkatkan, baik teknis maupun soft skills. Dengan data tersebut, materi pelatihan bisa dibuat lebih terarah dan sesuai kebutuhan operasional di lapangan.

2. Susun Modul Training Berbasis Peran

Setelah mengetahui kebutuhan kompetensi, perusahaan bisa menyusun modul pelatihan yang fokus pada tugas masing-masing divisi. Pendekatan ini membantu karyawan memahami materi yang relevan dengan pekerjaan mereka, bukan sekadar teori umum. Metode hybrid—kombinasi pelatihan online dan tatap muka—dapat menjadi opsi fleksibel tanpa mengganggu alur kerja.

3. Lakukan Evaluasi dan Penyesuaian Berkala

Agar training tetap memberikan hasil maksimal, perusahaan perlu mengukur dampaknya secara berkala. Evaluasi sederhana seperti tes singkat, feedback peserta, atau assessment performa dapat membantu mengukur progres. Dari sini, perusahaan dapat menyesuaikan materi selanjutnya agar lebih tepat sasaran dan berkelanjutan.

Dengan pendekatan bertahap seperti ini, program training tak lagi terasa formalitas, tetapi menjadi investasi jangka panjang yang memperkuat kualitas SDM dan daya saing perusahaan secara keseluruhan.

Menjadikan Training Sebagai Langkah Nyata untuk Tumbuh Bagi Pekerja

Training Untuk Pekerja

Bagi banyak pekerja, mengikuti pelatihan sering dianggap sekadar rutinitas dari perusahaan yang tidak terlalu menarik. Namun, jika dimanfaatkan dengan baik, training bisa membuka peluang baru, meningkatkan kemampuan, sekaligus memperkuat posisi dalam karir. Berikut langkah yang bisa diterapkan untuk mengoptimalisasi pengalaman training:

1. Pilih Pelatihan yang Relevan dengan Tujuan Karir

Pastikan materi yang diambil mendukung pekerjaan dan visi karir dalam jangka panjang. Contohnya, jika ingin naik level ke posisi leader, maka cari materi tentang komunikasi efektif, problem-solving, atau manajemen tim. Dengan begitu, hasilnya lebih terasa dan tidak hanya berhenti di catatan workbook.

2. Bersikap Proaktif Selama Sesi Training

Jangan sekadar duduk, menyimak, dan pulang. Manfaatkan sesi diskusi, tanya jawab, bahkan studi kasus untuk menggali wawasan lebih dalam. Interaksi aktif membantu secara signifikan dalam memahami konteks dunia nyata, sekaligus memperlihatkan keseriusanmu dalam berkembang di mata atasan.

3. Terapkan Ilmu ke Situasi Nyata

Setelah pelatihan selesai, coba uji teori ke pekerjaan harian. Misalnya, gunakan metode baru untuk menyelesaikan task, mengelola waktu, atau berkomunikasi antar-divisi. Catat perubahan kecil yang terjadi, karena ini membantumengukur efektivitas training sambil menunjukkan progres nyata.

Pada akhirnya, training bukan sekadar kewajiban yang ‘membosankan’, melainkan jembatan untuk menjadi lebih kompetitif, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan baru dalam karir. Ambil setiap sesi sebagai kesempatan untuk tumbuh, walaupun sedikit demi sedikit, hasilnya tetap akan terasa.

Training karyawan bukan sekadar agenda formal dan professional, tetapi fondasi pengembangan diri berkelanjutan atau continuous improvement untuk menjaga daya saing bisnis. Pentingnya training karyawan terlihat dari bagaimana perusahaan mampu meningkatkan kompetensi, adaptasi teknologi, dan produktivitas tim tanpa mengorbankan kualitas.

Di Thamrin Group sendiri, nilai continuous improvement sudah menjadi budaya kerja sehat yang dimaknai dan dihidupi, di mana kami selalu memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia sebagai investasi terbaik sebuah perusahaan. Dengan mengikuti pelatihan, karyawan dapat berkembang secara profesional, menghadapi tantangan baru, dan memberikan kontribusi lebih maksimal terhadap perusahaan.

Tertarik menggali informasi seputar karir atau pengembangan diri lainnya? Kunjungi laman karir Thamrin Group untuk melihat posisi terbaru dan kesempatan bergabung dalam lingkungan kerja perusahaan modern yang sehat dan professional. Untuk berbagai insight, tips, dan informasi menarik seputar dunia kerja, kamu juga dapat menjelajahi laman artikel Thamrin Group

img-Apa Itu Foreman? Peran Penting dalam Industri OtomotifEducation
img-Bagaimana Jenjang Karir Sales? Ini Tingkatan Jabatan dan KeuntungannyaPromotions
img-Memahami Apa itu Jenjang Karir dan Pengaruhnya di Dunia KerjaEducation